Ujian Pertama Seto dan Kenangan PSIM Jogja dan PPSM Magelang

(KR, 1997-arsip Bawahskor)

Ujian Pertama

Pertama kalinya PSIM Jogja melakukan pertandingan bersama di luar kota, kali ini melawan PPSM Magelang. Saling berbalas serangan dari kedua tim. PSIM mampu menahan tuan rumah dengan skor 0-0. PPSM kembali gagal memenangkan pertandingan. Rekor kemenangan selama  pre season belum terpecahkan. Bagi PSIM ini merupakan pertandingan ke tiga setelah sebelumnya melawan dua klub amatir (Barata & Altaria).

Pelatih PSIM, Seto Nurdiyantara masih mencoba-coba komposisi pemain yang sesuai dengan skema. Pada babak pertama Engkus Kuswaha diplot sebagai target man ditopang Danny Wahyu dan local boys Magelang, Supri.

Babak kedua PSIM memasukan penyerang yang kemungkinan segera dikontrak yaitu Tri Handoko. Pemain-pemain muda PSIM juga dicoba oleh Seto seperti Dimas Priambodo dan Kristianto.

***
Stadion Madya Lembah UGM

Partai ujicoba yang digelar pada 2 Januari 1997, PSIM mampu menghajar PPSM dengan skor 5-0. PSIM menguasai jalannya pertandingan. Gol diciptakan pada menit ke-29 dan 56 Wahyudianto. Mantan striker Persema Malang menambah keunggulan 3-0. Penyerang PSIM lainnya, Karnaen mencetak gol pada menit ke-82 hasil kerjasama dnegan M. Yani. Sedang gol kelima merupakan gol bunuh diri dari pemain PPSM, Bambang.

Pada pertandingan ujicoba tersebut pelatih PSIM, Drs. Soedjono mencoba eks pemain PSIM Liga Dunhill 94/95 Rofik Ismanto dan Putut Joko Purnomo.


Dikutip dari KR, “Walaupun penampilan anak-anak sudah baik, namun kerjasama tim masih belum seperti yang diharapkan” ujar Drs. Soedjono. Pelatih juga menitikberatkan agar pemain mengikuti program latihan rutin agar fisik serta stamina terjaga untuk menghadapi kompetisi yang segera digelar.



Fajar Sudah Senja

source:
Pemain itu masuk pada babak kedua kala PSIM uji tanding melawan klub amatir, Bharata. Dia adalah Fajar Listiyantara pemain asli binaan PSK Kalasan yang telah memperkuat sejumlah klub profesional.

Tidak biasanya Fajar berposisi sebagai playmaker. Biasanya dia aktif di sisi sayap namun kemarin sangat berbeda.
Namun penempatan posisi kemarin tidak mendongkrak laju serangan PSIM. Umpan-umpan darinya lebih sering dikandaskan oleh pemain Bharata yang notabene usianya jauh di bawahnya. Fajar terlihat lambat waktu itu, badannya mulai gempal, gesitnya hilang. Cukup kecewa.

KR, 23 Mei 2003 (Bawahskor Arsip)
***

Berbanding terbalik dengan sore, 22 Mei 2003 di stadion yang sama, Mandala Krida. Gol-nya pada menit 74 membuat PSS Sleman kalah di kandang. Fajar yang memperkuat Persijatim sejatinya pemain pinjaman dari PSS Sleman. Gol tersebut jelas sangat prestisius. Jarang mendapat posisi inti di PSS, Fajar menyebrang ke Persijatim Solo FC.

***

Fajar adalah pemain binaan PSK Kalasan, klub yang membesarkan kedua kakaknya, Seto dan Yohanes. Fajar kalau tidak salah pernah ikut seleksi timnas pelajar yang kala itu bermain di regional Asia Tenggara.
Pemain dengan lemparan ke dalam yang jauh ini memang kerap bermain di luar DIY, selain Persijatim Solo FC, PPSM Magelang dan PSCS Cilacap.

Info terakhir Fajar tidak menyetujui kontrak yang dari Manajemen PSIM. Tak apalah, mungkin memang belum cocok. Lagi pula Fajar sudah senja. PSIM butuh Fajar yang dulu bermain lugas. Sepertinya nomor 27 masih setia melekat si empu-nya yang abadi, Joni Sukirto. [DM]


Sudarmaji: Selamanya Sepakbola


Sudarmaji atau sering disapa Darmaji berposisi sebagai bek kiri PSIM. Mungkin namanya cukup asing ditelinga fans PSIM yang terbilang baru. Darmaji adalah produk kompetisi internal PSIM. Karir sepakbolanya dimulai dari klub HW (Hizbul Wathan). Darmaji mewakili tim Piala Suratin dan Pra PON DIY 1995. Tim Pra PON DIY kala itu juga diperkuat oleh Seto Nurdiyantara, Subowo, Prasetyo S. dan Dedi Setiawan.

“Saya kenal dunia sepak bola sebenarnya sewaktu di Pra PON karena lawan-lawannya para pemai yang sudah jadi seperti Anang Maruf dan Bejo Pra PON Jatim” tutur Darmaji.

Di tim Pra PON DIY kala itu ditangani oleh Bertje Metulapelwa. Darmaji menuturkan bahwa Om Bertje merupakan sosok pelatih yang tahu kelemahan-kelemahan pemain secara detil. “Saya disuruh latihan crossing, keeping, variasi strategi secara rutin” jelas Darmaji.

Darmaji kemudian ikut seleksi PSIM bersama Subowo yang juga rekannya sewaktu di HW. Di PSIM, Darmaji diplot sebagai bek kiri namun tidak jarang posisinya ditukar sebelah kanan bergantian dengan Putut Joko Purnomo. “Kala itu saya debut ketika melawan PSIR Rembang di stadion Mandala Krida” kenangnya.
Darmaji merupakan pemain yang merasakan beratnya kompetisi Liga Dunhill. PSIM terdegradasi ke Divisi I. Kompetisi selanjutnya Darmaji kembali memperkuat PSIM dan berhasil mengantar promosi ke Divisi utama kendati harus kalah dari Persikota Tangerang di final.

Karir Singkat
Tidak ada yang pernah menyangka kapan seorang pemain bola itu selesai. Petaka itu terjadi ketika Darmaji seleksi PSIM untuk kompetisi Ligina 1998/1999 cedera engkel serta lutut menghantam. “Saya sebenarnya sudah disodori kontrak dan ditunggu sampai sembuh namun saya menolak” tutur Darmaji.

Darmaji yang waktu itu berumur 24 tahun harus menutup karirnya lebih cepat. Darmaji menceritakan dirinya sempat drop dan tidak menonton sepakbola di stadion. Kegiatan saya diisi hal-hal yang positif seperti beternak ikan. Memang disayangkan keputusan Darmaji untuk gantung sepatu diusia 24 tahun. Usia tersebut bagi pemain bola khususnya di Indonesia sedang menuju kematangan dalam berkarir.

Darmaji mengawali dan mengakhiri karir semi profesionalnya (begitu dia menyebutnya) di PSIM. Meski sempat “lari” dari dunia sepakbola pasca cedera dan gantung sepatu. Namun dunia sepakbola kembali menarik dirinya bukan sebagai pemain melainkan pelatih sepakbola. Darmaji kini mengantongi lisensi C kepelatihan dan sekarang memasuki tahun kedua di Orion Margaria.