Pemenang Kuis BAWAHSKOR

Pemenang kuis tebak skor pertandingan PSIM melawan Perseman Manokwari, 2-0. BAWAHSKOR bekerjasama dengan Mataram On Kaskus.

#BabadMandala (cuplikan riset kami)

Kami sedang menelusuri perjalanan stadion Mandala Krida, Yogyakarta dari tahun ke tahun. Jika kamu berminat untuk bergabung bisa tengok link ini.
1985

1990


1991
1997


#MOTM [Apresiasi BAWAHSKOR untuk pemain]

"Aksi debut yang ciamik dari Tony Yuliandri. Dua buah gol yang bersarang ke gawang Perseman Manokwari menjadi bukti bahwa pemain yang satu ini layak tampil sebagai starter"

"Pak Kancil begitu sapaan Eko Budi Santoso, meski pada putaran pertama sering absen akibat cedera kaki. Eko mulai menunjukan level permainannya. Eko terbilang pemain yang stabil di lini tengah. Pemilik VO2 Max tertinggi ini mulai menunjukan kenyamanannya bermain di PSIM"

Bambang Sumantri Antarkan Kemenangan PSIM atas PSS

Penyeran PSIM, Felix Lowe (10) dihadang pemain PSS.

“Pring reketek gunung gamping ambrol, Serangan PSIM mantep PSS jebol”

PSIM melawan PSS di stadion Mandala Krida, 1997 (KR)
Itulah yel-yel yang disiapkan oleh supporter PSIM atau lebih dikenal dengan PTLM (Paguyuban Tresno Laskar Mataram). Pertemuan PSIM Jogja melawan PSS Sleman terjadi pada 7 Juli 1997 di Stadion Mandala Krida dalam laga 10 Besar Divisi I.

Kedua tim berhasil lolos ke tahap selanjutnya setelah menduduki runner-up di grup masing-masing. PSIM tergabung dalam Grup Tengah I bersama Persis Solo, Persitara Jakarta Utara dan Serang Jaya Warna Abadi (SJWA). Sedang PSS Sleman tergabung dalam Grup Tengah III bersama Persikabo Bogor, Persiwangi Banyuwangi dan PSJS Jakarta Selatan.

Kembali ke laga PSIM Jogja melawan PSS Sleman pada laga tersebut. PSIM yang bermaterikan pemain-pemain baru bertekad kembali promosi ke kasta tertinggi. Beberapa pemain PSIM seperti Widadi Karyadi, Jatmiko dan Putut Jati Purnomo yang menjadi tulang punggung tidak lagi dipakai.

PSIM bermaterikan pemain muda seperti Wahyudianto “Kancil” yang sebelumnya memperkuat PSS Sleman. Bambang Sumantri yang lincah disisi sayap serta Totok Haryanto yang mampu mencetak 4 gol pada fase penyisihan grup.

Sedang PSS Sleman diperkuat eks kapten PSIM, Jatmiko. Pada posisi striker ada pemain asal Godean, Tri Basuki didukung pemain tengah M. Eksan yang tampil apik di partai sebelumnya. PSS kala itu bermaterikan pemain lokal sedang PSIM tahun pertamanya menggunakan jasa pemain asing yaitu Felix Lowe (geladang) dan Ali Yaya (kiper).

Gol Bambang Sumantri Antar Kemenangan PSIM atas PSS Sleman

Kedua suporter membentangkan spanduk "PSIM-PSS Ngetoop!" kebanggaan tim DIY dikancah sepakbola nasional
Pertandingan langsung berjalan sangat ketat sejak wasit Suhartono meniup peluit. PSIM mengandalkan Totok Haryanto – Felix Lowe di barisan depan.

Pada menit ke-32 Felix dijatuhkan oleh bek PSS, Sutrisno. Bambang Sumantri dipercaya mengambil tendangan. Bola melesak menjebol gawang PSS yang dijaga oleh Buadi. Stadion langsung bergemuruh setelah bola lesakan Bambang Sumantri masuk ke gawang. Suporter PSIM bersorak menyambutnya.

Kerja sama Felix dan Totok Haryanto beberapa kali mengancam gawang PSS namun masih bisa dimentahkan oleh kiper. Hingga akhir pertandingan skor tidak berubah. PSIM unggul 1-0.
Bogel panggilan dari Bambang Sumantri menjelaskan rasa canggung ketika berhadapan dengan PSS. “Saya sendiri tidak tahu mengapa merasa tegang sekali” ujarnya.

Kemenangan atas PSS mempermulus jalan PSIM menuju laga semifinal. PSS akhirnya hanya mampu menjadi peringkat ketiga dalam Grup A kalah poin dengan PSIM dan Persikota Tangerang yang melaju ke fase semifinal.

ditulis oleh Bawahskor dihimpun dari berbagai surat kabar tahun 1997.

foto: Kedaulatan Rakyat, 1997



Tembakan Peringatan, Polisi Hentikan Pertandingan PSIM



Hasil imbang memupuskan harapan PSIM untuk melanjutkan kompetisi ke fase selanjutnya. Kala itu PSIM masuk dalam Kompetisi PSSI  zona 5 Jateng/DIY tergabung dalam Pool H bersama  Persiku Kudus dan PSISra Sragen.

Pertandingan melawan Persiku Kudus yang digelar di stadion Kridosono berlangsung sangat sengit. PSIM sebelumnya harus mengalami kekalahan dari Persiku Kudus bertekad membalas. Persaingan yang sengit dari kedua kesebelasan. Aksi keras para pemain berujung pada perkelahian kedua kesebelasan.

Pada pertandingan itu, Maryono pemain belakang PSIM harus ditarik keluar karena mengalami benturan dengan kiper PSIM, Siswadi Gancis. Praktis pertahanan PSIM sangat rawan setelah ditinggal Maryono. Para pemain Persiku semakin mudah merangsek ke pertahanan PSIM.

Kejadian itu pecah ketika waktu pertandingan masuk menit ke-71. Berawal dari benturan antara pemain PSIM, Yoshi dengan Ewok Safrudin dari Persiku Kudus. Ewok menghampiri Yoshi sembari melayangkan bodem namun Yoshi mampu mendahului pukulan Yoshi.  Tidak hanya pemain yang berkelahi tetapi para penonton turun ke lapangan menyerbu pemain tamu.  Polisi yang menjaga keamanan pertadingan berusaha melerai para pemain dan penonton, sampai tembakan peringatan mampu menghentikan pertandingan.

Berdasarkan surat kabar, Bernas terbitan Sabtu Legi, 11 Desember 1982.
Ditulis oleh Bawahskor -- dengan bahasa sendiri

Ujian Pertama Seto dan Kenangan PSIM Jogja dan PPSM Magelang

(KR, 1997-arsip Bawahskor)

Ujian Pertama

Pertama kalinya PSIM Jogja melakukan pertandingan bersama di luar kota, kali ini melawan PPSM Magelang. Saling berbalas serangan dari kedua tim. PSIM mampu menahan tuan rumah dengan skor 0-0. PPSM kembali gagal memenangkan pertandingan. Rekor kemenangan selama  pre season belum terpecahkan. Bagi PSIM ini merupakan pertandingan ke tiga setelah sebelumnya melawan dua klub amatir (Barata & Altaria).

Pelatih PSIM, Seto Nurdiyantara masih mencoba-coba komposisi pemain yang sesuai dengan skema. Pada babak pertama Engkus Kuswaha diplot sebagai target man ditopang Danny Wahyu dan local boys Magelang, Supri.

Babak kedua PSIM memasukan penyerang yang kemungkinan segera dikontrak yaitu Tri Handoko. Pemain-pemain muda PSIM juga dicoba oleh Seto seperti Dimas Priambodo dan Kristianto.

***
Stadion Madya Lembah UGM

Partai ujicoba yang digelar pada 2 Januari 1997, PSIM mampu menghajar PPSM dengan skor 5-0. PSIM menguasai jalannya pertandingan. Gol diciptakan pada menit ke-29 dan 56 Wahyudianto. Mantan striker Persema Malang menambah keunggulan 3-0. Penyerang PSIM lainnya, Karnaen mencetak gol pada menit ke-82 hasil kerjasama dnegan M. Yani. Sedang gol kelima merupakan gol bunuh diri dari pemain PPSM, Bambang.

Pada pertandingan ujicoba tersebut pelatih PSIM, Drs. Soedjono mencoba eks pemain PSIM Liga Dunhill 94/95 Rofik Ismanto dan Putut Joko Purnomo.


Dikutip dari KR, “Walaupun penampilan anak-anak sudah baik, namun kerjasama tim masih belum seperti yang diharapkan” ujar Drs. Soedjono. Pelatih juga menitikberatkan agar pemain mengikuti program latihan rutin agar fisik serta stamina terjaga untuk menghadapi kompetisi yang segera digelar.



Fajar Sudah Senja

source:
Pemain itu masuk pada babak kedua kala PSIM uji tanding melawan klub amatir, Bharata. Dia adalah Fajar Listiyantara pemain asli binaan PSK Kalasan yang telah memperkuat sejumlah klub profesional.

Tidak biasanya Fajar berposisi sebagai playmaker. Biasanya dia aktif di sisi sayap namun kemarin sangat berbeda.
Namun penempatan posisi kemarin tidak mendongkrak laju serangan PSIM. Umpan-umpan darinya lebih sering dikandaskan oleh pemain Bharata yang notabene usianya jauh di bawahnya. Fajar terlihat lambat waktu itu, badannya mulai gempal, gesitnya hilang. Cukup kecewa.

KR, 23 Mei 2003 (Bawahskor Arsip)
***

Berbanding terbalik dengan sore, 22 Mei 2003 di stadion yang sama, Mandala Krida. Gol-nya pada menit 74 membuat PSS Sleman kalah di kandang. Fajar yang memperkuat Persijatim sejatinya pemain pinjaman dari PSS Sleman. Gol tersebut jelas sangat prestisius. Jarang mendapat posisi inti di PSS, Fajar menyebrang ke Persijatim Solo FC.

***

Fajar adalah pemain binaan PSK Kalasan, klub yang membesarkan kedua kakaknya, Seto dan Yohanes. Fajar kalau tidak salah pernah ikut seleksi timnas pelajar yang kala itu bermain di regional Asia Tenggara.
Pemain dengan lemparan ke dalam yang jauh ini memang kerap bermain di luar DIY, selain Persijatim Solo FC, PPSM Magelang dan PSCS Cilacap.

Info terakhir Fajar tidak menyetujui kontrak yang dari Manajemen PSIM. Tak apalah, mungkin memang belum cocok. Lagi pula Fajar sudah senja. PSIM butuh Fajar yang dulu bermain lugas. Sepertinya nomor 27 masih setia melekat si empu-nya yang abadi, Joni Sukirto. [DM]


Sudarmaji: Selamanya Sepakbola


Sudarmaji atau sering disapa Darmaji berposisi sebagai bek kiri PSIM. Mungkin namanya cukup asing ditelinga fans PSIM yang terbilang baru. Darmaji adalah produk kompetisi internal PSIM. Karir sepakbolanya dimulai dari klub HW (Hizbul Wathan). Darmaji mewakili tim Piala Suratin dan Pra PON DIY 1995. Tim Pra PON DIY kala itu juga diperkuat oleh Seto Nurdiyantara, Subowo, Prasetyo S. dan Dedi Setiawan.

“Saya kenal dunia sepak bola sebenarnya sewaktu di Pra PON karena lawan-lawannya para pemai yang sudah jadi seperti Anang Maruf dan Bejo Pra PON Jatim” tutur Darmaji.

Di tim Pra PON DIY kala itu ditangani oleh Bertje Metulapelwa. Darmaji menuturkan bahwa Om Bertje merupakan sosok pelatih yang tahu kelemahan-kelemahan pemain secara detil. “Saya disuruh latihan crossing, keeping, variasi strategi secara rutin” jelas Darmaji.

Darmaji kemudian ikut seleksi PSIM bersama Subowo yang juga rekannya sewaktu di HW. Di PSIM, Darmaji diplot sebagai bek kiri namun tidak jarang posisinya ditukar sebelah kanan bergantian dengan Putut Joko Purnomo. “Kala itu saya debut ketika melawan PSIR Rembang di stadion Mandala Krida” kenangnya.
Darmaji merupakan pemain yang merasakan beratnya kompetisi Liga Dunhill. PSIM terdegradasi ke Divisi I. Kompetisi selanjutnya Darmaji kembali memperkuat PSIM dan berhasil mengantar promosi ke Divisi utama kendati harus kalah dari Persikota Tangerang di final.

Karir Singkat
Tidak ada yang pernah menyangka kapan seorang pemain bola itu selesai. Petaka itu terjadi ketika Darmaji seleksi PSIM untuk kompetisi Ligina 1998/1999 cedera engkel serta lutut menghantam. “Saya sebenarnya sudah disodori kontrak dan ditunggu sampai sembuh namun saya menolak” tutur Darmaji.

Darmaji yang waktu itu berumur 24 tahun harus menutup karirnya lebih cepat. Darmaji menceritakan dirinya sempat drop dan tidak menonton sepakbola di stadion. Kegiatan saya diisi hal-hal yang positif seperti beternak ikan. Memang disayangkan keputusan Darmaji untuk gantung sepatu diusia 24 tahun. Usia tersebut bagi pemain bola khususnya di Indonesia sedang menuju kematangan dalam berkarir.

Darmaji mengawali dan mengakhiri karir semi profesionalnya (begitu dia menyebutnya) di PSIM. Meski sempat “lari” dari dunia sepakbola pasca cedera dan gantung sepatu. Namun dunia sepakbola kembali menarik dirinya bukan sebagai pemain melainkan pelatih sepakbola. Darmaji kini mengantongi lisensi C kepelatihan dan sekarang memasuki tahun kedua di Orion Margaria.

BAWAHSKOR DAN KERINGNYA HIRUK-PIKUK SEPAKBOLA KOTA JOGJA


Bangun dari kubur sepertinya kata-kata yang paling menggambarkan perjalanan dari Bawah Skor Mandala (BSM). Kelahiran BSM dilatarbelakangi menyebarkan virus PSIM ke seluruh masyarakat. Iri rasanya melihat Malang dan Surabaya yang sangat mencintai klub lokalnya sampai darah daging. Sedang Jogja? Ya kita sedang masuk dalam proses tersebut. BSM awalnya menyebarkan virus cinta klub PSIM dengan membuat merchandise seperti kaos, topi, jaket hingga tas. Di tahun pertama BSM harus tenggelam karena atmosfir kota Jogja dan pendukung PSIM yang membuat kami kehilangan mood dalam meracik virus-virus cinta.

Hampir setengah tahun ini BSM bangun lagi dengan membawa konsep baru namun tidak mengubah konsep menyebarkan virus cinta PSIM. Kami tetap membuat merchandise namun produk yang dihasilkan berusaha lebih mengedukasi pasar. Desain-desain kaos kami sebagian besar akan berdasarkan peristiwa sejarah. Sumber-sumber sejarah kami dapatkan dari kliping, buku dan wawancara dengan pelaku sejarah.

Untuk program edukasi kami berusaha aktif dalam mencari sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan PSIM. Sumber yang didapat nantinya akan dipilih mana yang akan diposting ke social media dan sumber yang harus diolah menjadi artikel. Kami juga menginisiasi proyek penelitian kecil tentang stadion tua Mandala Krida. Penelitian ini sejatinya sangat berguna bagi seluruh aspek pencinta PSIM yang ingin tahu dimana jati dirinya.

Pada akhirnya sejarah itu penting dan kita akan menjadi bagian dari sejarah ini kelak. Miris ketika nanti generasi selanjutnya tidak banyak tahu tentang PSIM. Kegiatan pengarsipan menjadi penting, karena belum ada yang memulai, BSM berusaha memulainya dan meminta dukungan kepada semua aspek pecinta PSIM. [DM]

4 tahun Bawah Skor Mandala, 25 Februari 2010 – 25 Februari 2014

t: @BAWAHSKOR / @BAWAHSKOR_SHOP
f: Bawah Skor Mandala Shop
i: @BAWAHSKOR

Loyalitasmu kandas mergo kertas! Loyalitas kita?


Ternyata lama-lama umpatan kata-kata “Loyalitasmu kandas mergo kertas” berisik juga. Mari kita urai umpatan tersebut. Kata ‘loyal’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti patuh, setia. Coba refleksikan sekarang apakah kita sudah patuh/setia terhadap klub. Patuh bersikap yang tidak merugikan klub? Setia kepada klub dalam kondisi apapun. Jadi apakah kita sudah setia terhadap klub? Kami tahu kamu sudah setia namun teman-teman suporter yang lain apakah sudah? Coba lihat?

Kertas dalam kasus ini menjadi obyek atas rasa iri yang mengerucut menjadi umpatan. Kami menilai kertas yang jumlahnya ribuan itu sungguh indah. Desainnya selalu berubah sesuai dengan tema kala pertandingan. Taukah kamu untuk membuat yang seperti dukungan dari orang-orang yang mau diajak juga sangat penting. Selain itu bentuk tribun juga sangat penting.

Jadi sekarang posisi kita ada dimana? Jangan-jangan kita pada posisi mencari cara untuk mengumpat dan meramu kata-kata propaganda yang cocok untuk mencela. Kita lupa tujuan awal kita. Kita sedang sibuk mencari-cari cara seperti itu sedang yang menjadi lawan sedang meramu supaya lebih baik lagi dari sebelumnya. Kondisi seperti itu jelas justru membuat kita jengkel ketika melihat prestasi-prestasi dari hasil kerja mereka diapresiasi oleh publik.

Harusnya kita sibuk mengembangkan ide-ide kreatif yang bisa diaplikasikan untuk musim-musim depan. Parahnya kita tidak sedang sibuk mencari-cari sejarah kebanggaan klub kita. Jangan-jangan kita hanya tahu tahun lahir klub tanpa tahu perjalanannya seperti apa. Ironis, yang kita gaung-gaungkan sebagai “Our Pride” hanyalah nol besar.

Pasti kalian sudah tau, kalau klub kebanggaan kita dulu adalah klub terhormat dikancah sepakbola Indonesia. Klub ini menjadi image dari propinsi bukan daerah. Klub kita sejajar dengan Persija yang menjadi wakil propinsi DKI Jakarta, Persib wakil dari Propinsi Jawa Barat dan Persebaya wakil Jawa Timur.

Tugas kita seyogyanya mengembalikan posisi klub ke tempat semula. Kita harus bersinergi dengan semua aspek baik suporter, manajemen klub, dan pemerintah. Mari lakukan apa saja yang saja yang positif bagi klub kebanggan kita. Sekecil apapun itu jika dalam jumlah yang besar maka kekuataan klub kita dulu akan hadir kembali. Percayalah.

Jersey Replika PSIM



Penelusuran data-data PSIM berujung pada hilangnya artefak atau fisik jersey. Jersey ini tersebar ke sejumlah orang yang tidak jelas dimana posisinya. bahkan pemainnya sendiri ketika kami wawancarai tidak memilikinya, kebanyakan mereka berujar jerseynya sudah diminta orang sampai dirinya sendiri tidak punya. Kami mencoba membuat lagi jersey berdasarkan kliping yang kami dapatkan. Kami mencoba membuat yang semirip mungkin dengan aslinya. Jersey klasik ini sangat bersejarah bagi perjalanan PSIM. Dimana jersey tsb menjadi saksi naik kastanya PSIM ke Divisi Utama.

jika berminat sms 08812731642 (nama-size) terima kasih

Merchandise #2 Songsong Musim Depan PSIM Jogja

*tracktop PSIM 170k (L-XL)*

*T-shirt Jaime S 85k (L-XXL)*


*TS Awaydays 85k (L-XL)

jika berminat silakan sms 08812731642 keburu kehabisan


LAGA BARA: Rivalitas PSIM Jogja dan PSIS Semarang


Gemuruh stadion Mandala Krida pecah ketika gol pada menit ke-71 di cetak oleh Putut Joko Purnomo ke gawang PSIS Semarang. Gol tersebut merupakan gol satu-satunya dalam pertandingan tersebut.

Pada 14 November 1993, PSIM melawat ke stadion Jatidiri, Semarang. Suporter PSIM tidak ketinggalan turut serta berangkat ke Semarang. Jarak antara Jogja dan Semarang yang tidak begitu jauh menambah animo pendukung PSIM untuk berangkat mendukung.

Sejumlah kaca bus dan mobil pribadi rusak akibat ulah suporter tuan rumah. Sekitar 14 pendukung PSIM mengalami cedera ringan, belum lagi para pemain PSIM menerima terror serta lemparan batu. Salah satu pemain PSIM, Handra Sutrisno terkena lemparan batu sehingga pelipisnya memar. Panpel seolah tutup mata ketika official tim PSIM meminta perlindungan.

(sumber: KR, 1994)


Plat H dilarang masuk area stadion

Beberapa hari menjelang laga PSIM menjamu PSIS Semarang. Panitia pertandingan, Afianto menghimbau agar kendaraan dengan plat H tidak dibawa ke stadion. Afianto juga tidak mendapat kabar dari pendukung PSIS tentang kedatangannya ke Jogja. Mereka datang sendiri-sendiri dan membaur dengan pendukung tuan rumah. Afianto juga melarang penonton membawa benda-benda yang membahayakan jalannya pertandingan seperti mercon, ketapel dan botol minuman.

Stadion Meledak

Dikabarkan tiket pertandingan PSIM melawan PSIS Semarang terjual habis. Stadion Mandala Krida dipadati sekitar 20.000 penonton. Semua tribun baik terbuka dan tertutup terlihat padat. Pertandingan berjalan sengit, PSIM yang tidak bisa menurunkan striker andalannya, Widadi Karyadi karena akumulasi kartu. Tidak salah jika pelatih PSIM, Bertje M. memasang Putut Joko Purnomo. Terbukti gol semata wayangnya menambah pundi-pundi poin PSIM.

Puluhan penonton terlihat histeris setelah bola dari Putut menggetarkan jala PSIS. Para pendukung dari tribun timur terjun ke lapangan. Tak ayal aksi ini mengakibatkan beberapa orang cedera karena mereka terjun dari ketinggian tiga meter. Para pendukung dari tribun terbuka juga tidak tinggal diam, mereka merangsek masuk stadion. Pertandingan sedikit tersendat karena panitia harus menghalau penonton untuk kembali ke tempatnya.

Selain itu, Bambang Cahyo warga Cokrodipuran menerima nasib sial. Dua giginya rompal setelah terkena mercon. Lain lagi dengan pendukung PSIS yang dihajar orang tidak dikenal di dalam stadion. Di jalan Sudirman, Suryanto menderita luka parah setelah dipukul orang tidak dikenal.

 PSIM dan PSIS memiliki rivalitas yang sengit. Kedua tim ini berusaha menjadi yang terbaik di wilayah DIY-Jateng. Suporternya juga memiliki memori historis tersendiri setiap bertandang ke masing-masing stadion. Peristiwa di Jogja dan Semarang hendaknya disikapi dengan dewasa. Bukan untuk membuka luka lama tapi mencoba mengingatkan tentang perjuangan klub dalam merebut tiga poin.

*judul terinspirasi dari rilisan Oi!Laskar Mataram Oi!

Free Emblem

*free emblem*

Woy,,Bawahskor bagi emblem untuk setiap pembelian produk t-shirt secara online dan COD. weits persediaan terbatas, jadi buruan keburu habis.